Baru sepasang senja,
tapi rasanya hadirmu telah menetap di dadaku lebih lama dari waktu,
menyelusup tanpa permisi,
meninggalkan jejak yang tak bisa kuhapus meski ingin.
Kedatanganmu seperti hujan pertama setelah kemarau panjang,
sejuk, segar, tapi juga membuatku gentar,
karena aku tahu, hujan tak selalu tinggal,
kadang ia hanya singgah, lalu pergi tanpa pesan.
Hatiku gentar karena rasa ini tumbuh tergesa,
takut ia berlari mendahului takdir,
tapi bagaimana mungkin aku menahan perasaan
jika setiap senyummu adalah pagi yang selalu kunanti?
Andai aku bisa meminta pada semesta,
aku ingin waktu melambat saat bersamamu,
agar jika benar-benar pergi suatu hari nanti,
aku sempat menghafal caramu membuatku jatuh cinta.
Babat, 19 Feb 2045